Hari Kedua Bimtek Sekolah Ramah Anak Fokus pada Implementasi dan Studi Kasus Nyata

Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Sekolah Ramah Anak (SRA) Yayasan Xaverius Tanjungkarang memasuki hari kedua pada Sabtu, 17 Mei 2025, di Way Halim, Bandar Lampung. Setelah sebelumnya peserta dibekali pemahaman dasar mengenai konsep SRA dan Konvensi Hak Anak, hari kedua difokuskan pada implementasi praktis di satuan pendidikan, termasuk studi kasus nyata yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Peserta yang berasal dari TK, SD, dan SMP Xaverius mengikuti kegiatan dengan antusias.

Fokus utama dalam sesi hari kedua adalah pembahasan tentang bagaimana sekolah dapat menjadi lingkungan yang aman, inklusif, dan menyenangkan bagi semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Para peserta diajak berdiskusi mengenai peran guru sebagai fasilitator dalam menghadapi tantangan generasi alpha, termasuk menyesuaikan metode pembelajaran, mengenali kebutuhan anak dengan gangguan belajar, serta membangun komunikasi efektif dengan orang tua.

Berbagai studi kasus dikupas secara kritis, seperti penanganan anak tanpa akta kelahiran, larangan membawa HP, hukuman atas keterlambatan, dan perlakuan terhadap anak dengan gaya rambut tertentu. Semua kasus tersebut dijawab dengan pendekatan berbasis hak anak dan hukum yang berlaku. Misalnya, siswa tidak boleh ditolak hanya karena tidak memiliki akta kelahiran; justru sekolah wajib membantu berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengurus dokumen tersebut.

Dalam sesi berikutnya, peserta diberi pemahaman lebih lanjut mengenai penerapan disiplin positif yang berpihak pada anak. Ditekankan bahwa bahasa yang digunakan dalam peraturan sekolah harus bersifat mendidik dan tidak mengandung unsur kekerasan verbal. Anak yang berperilaku kurang baik tidak boleh langsung diberi hukuman, melainkan perlu diberikan ruang untuk berkembang dan diperbaiki melalui pendekatan yang lebih manusiawi dan edukatif.

Tak kalah penting, peserta juga dikenalkan dengan konsep Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), di mana guru diharapkan mampu mengenali berbagai potensi anak — mulai dari kecerdasan linguistik, logika, kinestetik, musikal, hingga spiritual. Hal ini penting agar penghargaan terhadap anak tidak hanya berdasarkan prestasi akademik, tetapi juga pada keunikan dan kekuatan personal masing-masing anak.

Dengan berakhirnya sesi pelatihan hari kedua ini, para peserta pulang membawa bekal pengetahuan dan semangat baru untuk segera mengimplementasikan prinsip Sekolah Ramah Anak di unit masing-masing. Yayasan Xaverius berharap pelatihan ini tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi benar-benar diwujudkan dalam kebijakan, budaya sekolah, dan tindakan nyata demi menciptakan sekolah sebagai rumah kedua yang aman, ramah, dan penuh harapan bagi setiap anak.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *